Kerupuk Opak Opak Tembus Nasional

Administrator 10 April 2016 06:08:30 WIB

TANJUNG – Siapa yang tidak kenal Opak-opak? Salah satu makanan khas Lombok Utara ini rupanya menyedot perhatian peneliti. Bahkan makanan yang terbuat dari sari pati ubi kayu yang diendapkan dan kaya karbohidrat ini akan digabungkan dengan kelor dan ikan. Sehingga menjadi panganan baru yakni OKI (Opak-opak, kelor, ikan).

Peneliti pada Balitbang Kemenkes RI Ristrini di kantor Dikes Lombok Utara kemarin mengatakan, dasar penelitian karena tingginya tingkat konsumsi pangan ini di masyarakat. Namun dengan kandungan gizinya yang rendah, dan harganya murah, mendorong Balitbang untuk mengembangkan produk ini. Tujuannya untuk mengintervensi kebutuhan gizi. Selain itu, berdampak secara ekonomis bagi produsen.

”Sudah sejak 2014 kami bersama Poltekes Mataram melakukan penelitian. Opak-opak yang dimodifikasi ini salah satunya untuk menaikkan gizi sehingga berdampak baik bagi kesehatan,” ujarnya.

Dijelaskan, sejak 2014, penelitian kedua lembaga ini pun mengarah pada perbandingan daya terima hasil modifikasi Opak-Opak. Perubahan terhadap kandungan protein serta implikasinya jika dikonsumsi. Masing-masing diterangkan, pada tahun pertama, daya terima OKI hanya sebesar 32,53 persen atau dianggap kurang enak.

Hal dikarenakan, komposisi campuran kelor dan ikan belum menghasilkan rasa yang sesuai dengan lidah. Tetapi pada tahun kedua, daya terima mencapai 80 persen atau dianggap lebih enak.

Pada penelitian kandungan protein, opak biasa hanya memiliki 0,7 gram protein pada setiap 100 gram. Setelah dicampur dengan kelor dan ikan, proteinnya meningkat menjadi 2,64 gram protein di setiap 100 gram.

Masyarakat selaku subjek atau konsumen pun tidak luput dari penelitian. Balitbang dan Poltekes mengambil sampel 45 orang ibu hamil di tiga kecamatan, yakni Pemenang, Tanjung dan Gangga. Dengan konsumsi empat keping OKI berturut-turut selama 30 hari, ternyata terjadi penurunan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Artinya, ibu hamil yang mengkonsumsi OKI selama sebulan tidak lagi mengidap anemia.

Sementara konsumsi pada anak usia SD,  OKI menjadi JAS (Jajanan Anak Sekolah) terdapat peningkatan pada tinggi badan anak dari rata-rata 124,7 sentimeter menjadi 127,6 sentimeter. Pada anak SD, OKI diberikan 3 keping sehari selama 30 hari. ”Berdasarkan sertifikat hasil penelitian di Universitas Brawijaya dan UGM, ternyata nilai kandungan rata-rata gizi OKI cukup tinggi. Setiap 100 gram OKI mengandung protein sebesar 2,64 persen, lemak 4,07 persen, karbohidrat 83,9 persen dan abu sebesar 2,34 persen,” ungkap Peneliti Utama OKI Susilo Wirawan.

Sementara, Kepala Dikes Lombok Utara Benny Nugroho mengatakan, pihaknya akan mengkampanyekan konsumsi OKI bagi masyarakat khususnya ibu hamil dan anak-anak sekolah. Ia menyadari, hasil penelitian ini merupakan alternatif utama yang bisa dipakai untuk mengurangi tingkat KEK pada ibu hamil.

Selain biayanya murah, pangan ini juga sudah identik dengan makanan khas masyarakat sehingga dirasa tidak akan kesulitan untuk mensosialisasikannya. ”Sudah saya sampaikan ke Pak Bupati dan diterima. Pangan ini juga sudah dipresentasikan di Kemenkes dan secara nasional diterima,” paparnya.

Bahkan untuk mengampanyekan OKI ini, Benny mengungkapkan akan menggelar event makan OKI yang akan memecahkan rekor MURI. Dengan melibatkan PKK, diharapkan OKI bisa diimplementasikan di masyarakat guna meningkatkan kesehatan.

 

Sumber : (http://www.lombokpost.net/2016/04/09/opak-opak-tembus-nasional/)

Komentar atas Kerupuk Opak Opak Tembus Nasional

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

KONTAK AMBULAN DESA

087761815446

Lokasi MEDANA

tampilkan dalam peta lebih besar